Mellow


Aku tak mengerti, kenapa bisa jadi se-mellow ini.

Pikiranku pragmatis. Pola lakuku terstruktur. Setiap tindak tanduk berdasar perhitungan. Aku diperbudak logika. Tapi, apakah sekarang perbudakan telah berakhir?

Aku merasakan kebingungan prasangka. Aku tersiksa naik turunnya perasaan. Tak lagi ku kedepankan tautology. Semua premis membaur diproses hati. Aku menambah variable rasa.

Mungkinkah karena engkau? Kalau iya, aku harusnya bisa menyalahkanmu, menuntutmu.
 
Aku tak bisa lagi menikmati deduksi. Segala logika bercampur rasa. Semua kejadian tak memiliki jalan keluar. Semua coba diatasi dengan memaknai.

Kembalikan aku yang dulu. Yang dapat mencintaimu dengan segenap perhitunganku. Jika begini akhirnya, aku dibutakan olehmu. Tak ada syarat lagi. Mencintaimu tanpa tapi. Menyayangimu tak bertepi.

Aku harusnya tak boleh seperti ini. Harus ada alasan memilih hidup denganmu. Harus ada batasan tinggal bersamamu. Nyatanya kini, aku tak punya alasan untuk tak mecintaimu.

Semua serba normal. Semua sangat natural.

Teganya kamu, membuatku luluh.



 


2 komentar: